Nila Ala Majalengka

Arief bersama sejumlah anggota kelompoknya tampak tengah menyeleksi larva ikan nila nirwana di bak penampungan. Satu per satu larva itu dipisahkan berdasarkan ukuran yang sama untuk menghasilkan kualitas (grade) tertentu. Larva ini merupakan bibit sebar yang nantinya didistribusikan ke para pembudidaya ikan. Setiap bulan, kelompok UPR (Unit Pembenihan Rakyat) Banter Pokdakan Mina Cikole ini, menghasilkan larva ikan nila jenis nirwana sekitar 1 – 2 juta ekor. Omset yang dihasilkan per bulannya cukup menggiurkan. Kelompok yang fokus di segmen pendederan ukuran 1 – 2 cm, 2 – 3 cm, dan 3 – 5 cm ini bisa meraup omset tidak kurang dari sekitar Rp 20 juta per bulan.

Diakui Pelaksana Teknis UPR Banter Pokdakan Mina Cikole Desa/Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka, Arief Maulana Syam, usaha pembenihan ikan nila nirwana dengan pemeliharaan secara intensif sangat menjanjikan. “Kalau lahan pertanian di konversi ke perikanan keuntungan petani bisa 11 kali lipatnya,” ujarnya kepada TROBOS awal September lalu di Majalengka. Arief mengungkapkan, nila nirwana (nila ras wanayasa) merupakan salah satu jenis nila unggulan hasil pengembangan Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Purwakarta. Nila ini punya keunggulan laju pertumbuhan cepat, lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan atau perubahan cuaca, serta tahan terhadap penyakit. “Kondisi fisik nila nirwana, kepala lebih kecil, badan lebar, dan daging lebih tebal sehingga ketika ditimbang beratnya lebih berisi,” jelasnya.

Permintaan Tinggi
Meski usaha pembenihan ikan nila nirwana menjanjikan, namun masih sedikit pelaku yang terjun di bidang usaha ini. Kondisi ini menyebabkan pasokan benih nila masih sangat kurang. “Jangankan untuk memenuhi permintaan dari luar negeri seperti Filipina, untuk memenuhi wilayah III Cirebon (Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan) saja masih kekurangan,” kata Arief. Ia menjelaskan, permintaan 1 pembudidaya saja bisa mencapai 500 ribu ekor larva. Sementara untuk wilayah III Cirebon setiap bulannya butuh sekitar 20 juta ekor larva ikan nila. “Kami baru bisa memenuhi sekitar 5% dari kebutuhan itu,” katanya semangat. Menurut Arief, sistem penjualan yang berlaku untuk benih ikan nila adalah per ekor. Harga yang berlaku dipasaran untuk larva yang baru dipanen Rp 10. Benih ukuran 1 – 3 cm Rp 25 – 30, 2 – 3 cm harganya Rp 35 – 40, dan 3 – 5 cm harganya Rp 50 – 55 per ekor. Sedangkan untuk ukuran benih 5 – 8 cm Rp 85 per ekor. Saat ini, lanjut Arief, untuk pembenihan hanya ada di Majalengka dan Kota Cirebon karena wilayahnya sangat cocok. Untuk pendeder terdapat di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, sedangkan untuk pembesaran di Kabupaten Kuningan dan Indramayu. “Guna memenuhi permintaan perlu sinergi dan jaringan yang kuat antar pembenih, pendeder, dan pembesar nila nirwana. Juga perlu pemetaan jumlah kebutuhan di pasaran agar sinkron dalam proses produksinya dan harga bisa stabil,” sarannya.
. Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Edisi Oktober 2010
Bookmark and Share

Belajar dari Sejarah dan Pengalaman Pahit

“ A lesson is repeated until learned. – Pembelajaran akan terus berlangsung sampai kita dapat memetik hikmahnya.” Anonym Setiap saat dan s...

Followers